Saturday 14 June 2014

Mengatasi Nyeri Punggung untuk Skoliosis


Sepertinya sakit punggung itu udah jadi daily basis bagi skolioser ya? Mengganggu sekali, lalu bagaimana cara mengatasinya? Saya pengen sharing cara saya mengatasi rasa pegal atau nyeri ini, beberapa waktu lalu saya nyeri punggung cukup lama. Sejak tanggal 7 April tiba-tiba punggung, pinggang saya sakit dan berlangsung hingga dua minggu. Bahkan ketika bernafas, dan tulang rusuk bergerak juga terasa sakit.

Apa aja yang saya lakukan pada saat itu:

1.       Istirahat
Kondisi tubuh yang tidak simetris membuat kita cepat lelah, otot tegang dan terasa nyeri. Istirahat membantu otot untuk rileks. Kalau gak ngaruh lanjut ke nomer dua.

2.       Pakai yang anget-anget
Saya biasa pakai kayu putih atau koyo. Kalau Hafshah pakai salep counterpain. Lakukan poin nomer dua ini bersama nomer satu. Kalau tidak berpengaruh, atau sakit hilang lalu timbul lagi lanjut ke nomer 3.

3.       Ke dokter
Untuk mengatasi nyeri ini saya sarankan teman-teman periksa ke fisioterapis atau dokter spesialis Rehabilitasi Medis. Memang dokter rehab medik bukan ahli tentang tulang belakang, tapi mereka mengerti tentang skoliosis dan bisa memberi tindakan untuk mengatasi rasa nyeri yang sedang di derita.

Sebelum saya jatuh sakit pada bulan April ini, saya belum pernah fisioterapi. Sampai ketika sakit saya sudah berlangsung 10 hari saya tanya sama Hafshah apa yang harus saya lakukan, dia menyarankan untuk fisioterapi. Lalu saya tanya ke @MSI_Jabar tentang nyeri punggung, adminnya nyaranin untuk periksa ke spesialis tulang belakang. Bahkan koyo yang saya pakai pun menyuruh saya untuk ke dokter. Di keterangannya tertulis “Apabila setelah pemakaian 7 hari sakit masih berlangsung, atau hilang lalu timbul lagi segera hubungi dokter.” :D

Fisioterapi itu diapain ya?

Ketika pertama kalinya saya ke fisioterapis di RS Sari Asih, saya diperiksa oleh dr Yani Damayanti SpRM. Waktu itu saya datangnya malam dan satu-satunya pasien, jadi bisa ngobrol banyak dengan ibu dokter.
RS Sari Asih Ciputat

Pertama-tama saya diperiksa fisiknya, beliau memeriksa punggung lalu meminta saya untuk melakukan beberapa gerakan dan bilang di gerakan mana yang sakit. Selanjutnya sambil tiduran di kasur klinik beliau menggerak-gerakkan kaki saya, dan saya disuruh bilang pada posisi apa yang paling sakit, agak sakit atau gak terasa sakit.

Setelah pemeriksaan fisik, saya dan dokter ngobrol-ngobrol tentang skoliosis. Saya bertanya bebagai hal, mulai dari kaitannya skoliosis dengan kehamilan, sharing info tentang dokter-dokter Sp.KSpine yang recommended di Jakarta, harga di beberapa rumah sakit sampai tentang pekerjaan saya. Dokternya bilang, kalau saya harus selalu sadar kondisi, jangan memaksakan untuk duduk statis di depan laptop selama berjam-jam. Dokter bilang setiap 30 menit harus istirahat sejenak untuk meregangkan punggung.

Saja juga nanya ke dokter tentang terapi kiropraksi (chiropractic), apakah bisa menyembuhkan skoliosis. Dokternya menjawab tidak, dan dia sangat tidak merekomendasikan hal tersebut. Saya ngangguk-ngangguk aja, gak mau mendebat beliau karena gak sopan. Di lain kesempatan, jika kami berjumpa lagi saya pengen sharing kisah Hafshah yang sembuh skoliosisnya dengan chiropractic. Moga aja bisa ketemu lagi ya.

Btw, dari obrolan tersebut saya nangkepnya ibu dokter merujuk pada praktek kiropraksi di tempat pengobatan alternatif yang tidak bersertifikasi. Soalnya kiropraksi sendiri kan banyak banget macamnya, ada yang berdasarkan penelitian dan ada yang hanya berdasarkan pengalaman. Memang mesti selektif banget kalau mau milih kiropraksi, jangan sampai udah keluar duit banyak ternyata malah bikin tambah parah. Jangan sampee.

Back to topic, setelah menganalisa kondisi saya dokternya menyuruh saya untuk olahraga setiap hari, tiap pagi dan sore. Beliau bilang kalau skolioser itu ototnya panjang sebelah, karena ketidakseimbangan ini ototnya jadi tegang dan nyeri. Oleh karena itu otot yang pendek mesti dilatih tiap hari agar tidak tegang.

Disetrum, dipijat dan disinar

Selanjutnya saya diberikan tindakan oleh perawat. Saya masuk ke bilik terapi dan disetrum selama 15 menit di daerah punggung. Awalnya terasa seperti digigit semut tapi lama-lama bikin rileks dan nyaman. Perhatian, setruman ini dilakukan oleh nakes profesional, temen-temen jangan sekali-kali nyoba nyetrum diri sendiri kalau punggungnya pegel ya hehe. Selanjutnya saya dipijat dengan alat yang memancarkan sinar Ultraviolet selama 15 menit, ini awalnya sakit tapi lama-lama enak, otot-otot di daerah yang dipijat jadi gak sakit. Terakhir saya disinar selama 15 menit, rasanya anget. Abis terapi ini badan enak banget deh, Sob.

Disinar
Selesai tindakan, mbak perawatnya mengajari saya gerakan-gerakan peregangan yang harus saya lakukan tiap hari. Gerakan itu disesuaikan dengan kasus skoliosis dan rasa sakit yang saya derita saat itu.
Saya juga mesti kembali ke klinik untuk mendapatkan terapi empat kali lagi. Harinya terserah, boleh urut atau selang seling. Alhamdulillah pas terapi yang ketiga badan saya udah gak sakit lagi, jadi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan terapi, hanya teratur peregangan di rumah saja.

Apakah saya dapat obat? Enggak sama sekali, salep juga enggak. Teman-teman skoliosis tentu tahu bahwa sakit yang kita alami ini gak ada obatnya, yang ada cuma terapi untuk mengurangi rasa sakitnya.

Mempertahankan Hidup Tanpa Rasa Nyeri

Kalau badan lagi enak rasanya bahagia banget kan? Tentunya kita ingin mempertahankan kondisi ini. Ternyata caranya gak susah-susah amat, cuman butuh kedisiplinan yang tinggi. Disiplin untuk peregangan/ olah raga ringan tiap hari. Banyak di antara kita yang sibuk dan tidak menyempatkan olah raga. Padahal kalau kita skolioser, ga ada alasan… emang mesti peregangan tiap hari. Sehari sekali itu cukup, dua kali lebih bagus. *note to my self yang berusaha untuk disiplin*

Selain peregangan kita juga mesti menyempatkan untuk renang, minimal sebulan sekali, kalau bisa seminggu sekali lebih bagus.

Dokter juga menambahkan, untuk perempuan penting banget latihan pernafasan. Karena suatu hari nanti kita hamil dan melahirkan, bukan? Ketika melahirkan normal kemampuan mengatur pernafasan itu penting banget, sementara skoliosis bisa menggangngu kerja paru, terutama untuk yang udah parah pelengkungannya. Hal ini bisa disiasati dengan belajar teknik-teknik pernafasan. Biasanya diajarin kalau kita ikut senam pernafasan, atau yoga.

Kamu bisa cari googling kelas senam pernafasan atau yoga yang ada di kotamu, atau kalau gak sempat ikut kursus bisa juga cari tau sendiri tekhniknya dari membaca literatur atau nonton videonya di youtube.

Terakhir, berapa harga terapi yang saya jalani? Untuk terapinya aja, tanpa harga dokter 100k sekali datang. Kalau harga dokternya saya lupa persisnya, sepertinya gak sampai 100k.

Sepertinya itu saja yang bisa saya sharing, semoga bermanfaat untuk teman-teman skolioser. Do your best untuk tetap sehat!

***


PS: Gerakan peregangan tidak saya jelasin di sini karena itu tergantung kasus skoliosis yang dialami, tiap orang beda-beda. Mending ke dokter dulu minta diajarin gerakannya apa saja. Sebagai gambaran, gerakannya itu mirip gerakan pemanasan dan pendinginan kalau kita mau senam. 

Di RS Premier Bintaro ada Ramsay SpineCenter, di situ mereka buka kelas untuk  terapi skoliosis. Kalian bisa coba ke sana, tapi memang mahal bingit sih. Insyaallah kalau saya ada kesempatan ke sana saya review deh. Atau ada temen yang udah pernah? Bagi-bagi dong ceritanya.

Wednesday 19 March 2014

Obrolan Sesama Skolioser Part 3

Baca dulu obrolan sebelumnya di sini

Frida:          Lalu, setelah terapi intensif dan treatment di rumah setiap hari, bagaimana perbaikan kurvanya? Sudah berkurang berapa derajat?

Hafshah:       Insyaallah 1 April nanti aku X-Ray lagi. Semoga ada perbaikan yah. (foto rontgen setelah terapi intensif terlampir - ed)

Frida:            Amiin. Terus, sekarang apa yang kamu rasakan dengan tubuhmu?

Hafshah:       Alhamdulillah, rasa nyeri pada tubuh sudah mulai berkurang. Terutama di lutut dan tumit kaki kanan. Namun kadang pada bagian punggung kiri masih terasa nyeri kalau banyak beraktivitas. Tapi sudah banyak berkurang dari sebelum terapi.

                         Sekarang aku lebih mudah untuk menjaga badan tetap tegak. Kalau dulu, baru tegak sebentar aja, badan udah berontak kayanya.  Selain itu kalau jalan telapak kaki mulai bisa lurus.

Frida:              Rencana kedepan terkait skoliosis apa saja?

Hafshah:       Insyaallah masih terus terapi, berdoa, dan tetap sharing info-info yang aku tahu tentang skoliosis kepada banyak orang. Salah satunya lewat blog ini J.  Aku berharap para skolioser gak merasa malu, minder, ataupun takut dengan kondisinya. Jika Allah punya jalan, maka ada rizki bagi kita untuk berobat. Tapi jika rizki itu belum sampai, semoga nyeri yang kita derita bisa menggugurkan dosa-dosa kita.

Frida:             Amiiin…

Hafshah:       Satu hal yang saya pelajari semenjak terapi.. di manapun kita berobat, dengan teknik apapun, secanggih apapun.. kesembuhan itu belum tentu kita dapatkan kalau Allah tidak berkehendak, kita tidak yakin dengan pengobatan tersebut, dan tidak disiplin menjalankan terapi. So, do your BEST and Allah will do the rest.

Frida:           Iyess!




dokumen pribadi Hafshah, do not copy
Keterangan Foto:
a. Foto dalam kondisi duduk sebelum terapi 
b. Foto dalam keadaan duduk setelah terapi
c. Foto dalam keadaan berdiri sebelum terapi
d. Fotol dalam keadaan berdiri setelah terapi

Demikianlah obrolan kami. Insyaallah, kami akan terus berbagi tentang skoliosis di blog ini. Saya dan Hafshah masih punya banyak cerita loh. Silahkan follow kalau mau dapet updatenya di dashboard blogger.

Last, but not least... ini foto random kita berdua di beda negara haha...


Hafshah, di suatu tempat di Jepang


Frida, di suatu tempat di Indonesia


Wednesday 12 March 2014

Obrolan Sesama Skolioser Part 2

Disclaimer: Nama klinik, treatment, rumah sakit, dan dokter dalam postingan ini tidak dimaksudkan untuk iklan. Seluruhnya murni untuk berbagi kepada sesama skolioser.

Obrolan perihal terapi Hafshah pun berlanjut…
Kali ini kita ngobrolin tentang perjalanan terapinya dan Hafshah sedikit cerita tentang beberapa penyebab skoliosis.

Frida:         Hafshah, ceritain dong proses terapi kamu dari awal sampai sekarang.

Hafshah:    Hmm mulai dari mana yah…

1.  Pemeriksaan awal
Pertama kali, aku langsung di X-Ray. X-ray 10 posisi lho. Mulai dari berdiri, duduk, berdiri miring. Apa lagi yah lupa, pokoknya banyak deh. Kok banyak banget yah? Iya, jadi dr HK bilang, ini supaya bisa melihat tulang belakang kita secara 3 dimensi. Bukan hanya lihat kurva skoliosisnya saja, tapi juga rotasi dan pergeseran antara ruas tulang belakangnya.

Nah, selanjutnya pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksaan fisik ada banyak hal yang aku lakukan:

Tuesday 4 March 2014

Obrolan Sesama Skolioser Part 1

Disclaimer: Nama klinik, treatment, rumah sakit, dan dokter dalam postingan ini tidak dimaksudkan untuk iklan. Seluruhnya murni untuk berbagi kepada sesama skolioser.

Ini adalah obrolan saya dengan Hafshah Sumayyah, seorang skolioser berumur 24 tahun yang sekarang domisili di pinggiran Tokyo, Jepang. Saya kenal Hafshah dari suami, kebetulan dia adik kelasnya suami di SMA dan suami Hafshah adalah kakak tingkat suami saya di ITB. What a small world :)

Karena sesama skolioser saya suka ngobrol sama Hafshah terkait dunia per-skoliosis-an. Setelah kenalan dan saling bertanya pertanyaan tipikal skolioser “Berapa derajat?” kami pun ngobrol banyak hal dan Hafshah setuju untuk cerita perjalannya yang inspiratif di blog saya. Uhuy! Saya seneng banget akhirnya bisa ngisi blog yang telah saya biarkan kosong selama tujuh bulan ini. Sekalian bebersih sarang laba-laba yang udah mulai muncul (#lebay), silahkan nikmati obrolan saya dengan Hafshah berikut ini ya.

Sunday 21 July 2013

Bismillah

Hello,

After 10 years suffer from scoliosis I finally decide to create personal blog about my scoliosis story and any other stories about scoliosis.

This blog won't be a gloomy blog. No. I'll try to share my pain in casual way because being casual with our own pain is cool. :D

I hope I can share some inspiration and information on this blog. Enjoy.

Best regards,
Frida Nurulia