Disclaimer: Nama klinik, treatment, rumah
sakit, dan dokter dalam postingan ini tidak dimaksudkan untuk iklan. Seluruhnya
murni untuk berbagi kepada sesama skolioser.
Ini adalah obrolan saya dengan Hafshah Sumayyah, seorang
skolioser berumur 24 tahun yang sekarang domisili di pinggiran Tokyo, Jepang.
Saya kenal Hafshah dari suami, kebetulan dia adik kelasnya suami di SMA dan
suami Hafshah adalah kakak tingkat suami saya di ITB. What a small world :)
Karena sesama skolioser saya suka ngobrol sama Hafshah terkait
dunia per-skoliosis-an. Setelah kenalan dan saling bertanya pertanyaan tipikal
skolioser “Berapa derajat?” kami pun ngobrol banyak hal dan Hafshah setuju
untuk cerita perjalannya yang inspiratif di blog saya. Uhuy! Saya seneng banget
akhirnya bisa ngisi blog yang telah saya biarkan kosong selama tujuh bulan ini.
Sekalian bebersih sarang laba-laba yang udah mulai muncul (#lebay), silahkan nikmati
obrolan saya dengan Hafshah berikut ini ya.
Frida: Assalamu'alaikum.
Apa kabar Hafshah?
Hafshah: Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah
baik..
Frida: Hafshah,
ceritain dong awalnya kamu tau kalau kamu
skoliosis.
Hafshah: Aku
lupa sejak kapan, tapi rasa nyeri-nyeri di badan bermula saat SMA. Tepatnya di
punggung kiri, lutut kanan, dan pergelangan kaki kanan. Saat itu aku pikir
karena aku malas olahraga. Dari kecil emang paling malas kalau disuruh olahraga.
Tapi kemalasan ini ternyata membantu skoliosisku ga terlalu progresif. Kenapa?
Nanti aku cerita.. :)
Oya, Aku
masih inget momen pertama kali aku sadar kalau ada yang ga beres dengan
tubuhku. Waktu itu aku baru aja lulus SMA (2007), ayahku jalan di belakangku. Beliau
bilang.. Hafshah kok badan kamu miring sih. Nah, mulai saat itu aku makin
ngerasa kalau tubuhku miring.
Nah,
aku mulai ngecek diri sendiri di cermin, orang tua juga liat, eh iya kaya
miring sebelah. Jadi pundak kiriku lebih tinggi dibanding yang kanan. Pinggul
kanan tampak lebih menonjol dibanding yang kiri. Mulai saat itu, aku berpikir… Am
I scolioser?
Untuk
memastikan kebenarannya, aku mulai searching dr. ortopedi yang ahli di bidang
tulang belakang. Dapatlah seorang dokter ortopedi tulang belakang yang cukup
terkenal. Aku ditemani adik lelakiku yang luar biasa datang ke tempat praktek
dokter tersebut. Di RS Fatmawati Jakarta Selatan.
Mulailah
aku diperiksa oleh beliau . Aku disarankan untuk rontgen tulang belakang dan
langsung dianalisis oleh beliau pada hari yang sama.
Yah, akhirnya
diagnosis itu tegak juga: Mild Scoliosis. Saat itu aku ga tau pasti berapa
derajat, karena aku ga tau kalau derajat itu penting dalam dunia
per-skoliosis-an. Yah, kalau kita searching tentang skoliosis, mild scoliosis
itu ga ada obatnya. Hanya observasi saja. Aku juga disarankan untuk berenang
dan memakai sepatu yang tinggi sebelah, karena menurut beliau tulang kakiku
panjang sesisi.
Nah, dari bacaan yang aku tau saat itu, skoliosis akan berhenti progresivitasnya setelah pertumbuhan kita selesai. Alhamdulillah… kupikir saat itu.
Ternyata
itu penelitian lama. Kurva skoliosis pada dewasa juga masih bisa bertambah
karena faktor pola hidup dan kebiasaan kita.
Aku sempat x-ray kedua, sekitar setahun setelahnya (2008) di RS kampus. Dokter radiologi
menyatakan kalau skoliosisku 15 derajat di lumbal, dan ada rotasi torakal ke
kanan. Ternyata
benar, pemeriksaan
tahun 2013 kurva skoliosisku 19 derajat di posisi berdiri dan 24 derajat posisi
duduk.
Frida: Sama, saya juga masih ingat momen pertama
ketika tahu skoliosis. Waktu itu saya SMP (2004) dan kena demam berdarah jadi
mesti dirawat di rumah sakit. Pas dirawat itu dokternya
nyuruh saya rontgen dan ketahuanlah kalau saya skoliosis. Tapi dokternya pun gak
ngasih tahu berapa derajat (belau bukan dokter ortopedi), beliau cuma bilang
belum parah.
Tapi dari pemeriksaan dua tahun berikutnya
(2006) saya tahu kalau saya Moderate Scoliosis, cuma gak tahu persis berapa derajat.
Nah, Hafshah setelah kamu tahu skoliosis, apa
yang kamu lakukan?
Hafshah: Setelah itu, aku mulai cari-cari
pengobatan yang tepat, yang bisa sesuai sama jadwal kuliah juga. Mulailah
treatment shopping. Dari rehabilitasi medic, chiropractic, sampai pijat-pijat
cina aku coba. Tapi ga ada yang tuntas, entah karena kesibukan kuliah ataupun
kemalasan aku terapi. Karena aku pikir saat itu derajat skoliosis ga bisa
dikurangi, cuma bisa dicegah agar ga tambah parah.
Jadilah
seperti pasrah dengan kondisiku. Ditambah aku yakin kalau derajatnya ga akan
bertambah karena pertumbuhanku sudah berhenti. Beberapa kali aku sempat rutin
berenang minimal sebulan sekali. Nah, lumayan tuh kalau abis berenang badan
terasa enteng dan nyerinya berkurang…
Frida: Terus, sekarang kamu lagi ngejalanin terapi
dengan metode Clear treatment. Apa sih itu?
Hafshah: Clear Treatment itu, metode terapi skoliosis
yang berasal dari Clear Scoliosis Institute di Amerika. Dasar ilmunya dari
chiropractic. Metode ini tanpa brace dan
surgery. Walaupun untuk moderate (26-40 derajat) dan severe (>40 derajat) scoliosis.
Menurut penjelasan dr
HK, yang merawat aku, pake brace ataupun operasi tidak banyak berpengaruh pada skoliosis.
Untuk brace hanya memperlambat progresivitas dari kemiringan tulang belakang
kita. Kalau untuk operasi, jika tanpa ada treatment untuk memperbaiki pusat keseimbangan
di otak kita, ada risiko untuk miring kembali setelah beberapa tahun. Wallahu
a`lam sih aku juga belum baca-baca sumber lainnya.
Jadi prinsip clear
treatment ini memicu sistem neuromuskuloskeletal kita untuk menyadari posisi
tubuh yang sesungguhnya. Karena orang yang skoliosis, di otaknya itu ga sadar
kalo sebenernya badannya miring, kita ga bisa mengontrolnya. Nah, dengan terapi
ini saraf-saraf kita dibantu untuk aktif kembali. Otak kita juga di latih
supaya sadar dengan posisi tubuh kita. Begitu sederhananya…
Menarik yah, banyak
ilmu yang aku dapet dari dr. HK dan clear institute. :)
Nah, kalau mau tau lebih lanjut.. bisa baca-baca di situs ini…
Frida: Menarik banget. Lebih menarik dari pada
baca di situs Clear Treatment-nya hehe. Ohya, awal mulanya kamu tau dengan
terapi ini dari mana?
Hafshah: Sampailah aku disini
di negri sakura. Bersyukur sekali, Allah mengirimku kesini untuk temani suami
kerja. Tadinya aku sudah berserah diri sama Allah aja kalau aku harus menahan
nyeri-nyeri selama tinggal di Jepang. Karena di sini aku ga bisa berenang. Ga
ada tempat renang khusus muslimah.
Tapi aku berdoa,
mohon petunjuk jalan yang terbaik. Mulailah aku surfing di internet, cari-cari
terapi skoliosis di sekitar Tokyo, Jepang. Alhamdulillah ternyata ada.
Ada yoga dan chiropractic metode CLEAR (ini yang aku jalani sekarang). Waktu
itu aku ga pilih yoga, karena tempatnya campur laki-laki perempuan dan ga tahu
boleh pake kerudung dan jilbab apa engga.
Hafshah, ketika menjalani terapi di Jepang |
Obrolan
kami semakin menarik kan? Tunggu ya lanjutannya minggu depan. :)
Insyaallah obrolan selanjutnya
akan membahas apa saja sih yang udah Hafshah jalanin dari awal terapi sampai
sekarang. Dan dia akan membuka rahasia berapa derajat skoliosisnya sekarang.
Penasaran kan?
jaman saya kecil sempat berpikir kenapa ada orang dengan tubuh begitu, pikir saya barangkali itu tidak beda dg cacat tubuh. ternyata sekarang baru tahu itu apa dan kenapa bisa begitu, heuheu..
ReplyDeletemakasih sharenya, mak..
Masih ada lanjutannya mak, stay tune ya. :)
Deleteditunggu kelanjutannya mak.. jadi pengen tau lebih banyak :D
ReplyDeleteSaya juga gak sabar pengen tau lanjutannya, Hafshah belum selesai nulis jawaban pertanyaan-pertanyaan saya :)
DeleteJadi nambah ilmu nih..penasaran lanjutannya...mba..Kalo hanya bagian kaki yang tidak sama dg kaki lainnya misalnya saat telunkup telapak kaki kiri at bisa lurus. Termasuk scoliosis kah?
ReplyDeleteScoliosis itu disorientasi tulang belakang mba, jadi untuk tahu butuh di x-ray badannya. Kalau kaki enggak, cuma kalau kakinya panjang sebelah bisa aja berpengaruh ke tulang belakang. Coba diperiksakan lebih lanjut ke dokter.
Deleteaku baru tau penyakit ini, Mak. semoga cepet sembuh ya
ReplyDeleteIni bukan penyakit Ila, lebih tepatnya disebut disorientasi tulang belakang, atau kelainan tulang belakang. :)
Deletehal itu biasa terjadi karena gaya hidup yang salah.
ReplyDeleteDari penelitian terbaru tentang skoliosis tidak menunjukkan seperti itu. Lebih lengkapnya akan dijelaskan pada postingan berikutnya.
DeleteGaya hidup yg salah hanya memicu perburukan kurva. Tapi ada akar masalah sebenarnya yg masih diteliti terus oleh org2 yg ahli di bidang ini. Karena banyak juga kan yg gaya hidupnya salah, tp ia tidak skoliosis.
DeleteCemunguddhh Maakkk \(^^,)/
ReplyDeleteIyaaa ^^)/
DeleteWah jadi banyak tahu tentang skoliosis. TFS, Mak :)
ReplyDeleteSama-sama :)
DeleteNambah info nih mak, sebelumnya aku kurang tau ttg skoliosis.. Semoga mak Frida dan mbak Hafshah selalu kuat :))
ReplyDeletemakasih mba :) Aaaamiiin...
DeleteAmiin :)
Deletewahhh ditunggu obrolannya tuh..
ReplyDeletePart 3 on progress.. stay tune yah :)
ReplyDeleteMbak hafshah, saya mau tanya tempat treatment nya dimana? Makasih
ReplyDeleteSaya baca di internet, cabangnya juga ada di Singapure. Kira-kira disana biaya treatmentnya berapa? Ini email saya azzahra.talithasafa@gmail.com
ReplyDeletemakasih
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
ReplyDeleteKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com